Hi Sahabat Floq, apa kamu pernah dengar istilah buy and hold? Kalau kamu lagi cari strategi investasi jangka panjang yang simpel tapi tetap bisa menghasilkan keuntungan maksimal, strategi ini bisa jadi andalan yang solid. Strategi ini banyak dipakai oleh investor legendaris karena efisiensinya dalam menumbuhkan kekayaan tanpa perlu transaksi aktif setiap hari. Tapi, walau kelihatannya simpel, beli sekarang, simpan lama, kamu tetap perlu tahu kapan waktu terbaik untuk entry agar hasilnya lebih optimal. Nah, di artikel ini, kita akan bahas tuntas cara kerja strategi ini, waktu terbaik untuk masuk pasar, dan tips biar kamu nggak asal beli lalu nyangkut di harga tinggi.
Apa Itu Strategi Buy and Hold?
Strategi buy and hold adalah metode investasi di mana kamu membeli suatu aset keuangan (seperti saham, aset kripto, atau reksa dana indeks), lalu menyimpannya dalam jangka panjang tanpa terlalu sering jual beli. Strategi ini menekankan pada pertumbuhan nilai aset seiring waktu dan mengandalkan potensi apresiasi harga jangka panjang.
Tujuannya adalah supaya kamu bisa menikmati kenaikan nilai aset seiring waktu, alias mengendarai tren jangka panjang sambil meminimalkan biaya transaksi dan risiko dari keputusan impulsif. Sahabat Floq, pendekatan ini juga membantu kamu memanfaatkan efek compounding alias bunga berbunga yang bisa memberikan hasil signifikan dalam beberapa tahun ke depan.
Strategi ini cocok buat kamu yang:
- Gak punya waktu untuk mantengin market tiap hari karena kesibukan kerja atau bisnis lainnya
- Gak suka drama cut loss dan panic selling yang sering terjadi saat market volatile
- Percaya sama fundamental jangka panjang aset yang kamu pegang karena sudah melakukan riset mendalam
Dengan pendekatan ini, kamu gak terlalu peduli sama fluktuasi harga harian atau bahkan mingguan. Tapi... tetap, waktu masuk pasar alias timing itu penting, Sahabat Floq! Karena jika kamu salah waktu entry, bisa jadi kamu harus menunggu lama sebelum akhirnya cuan.
Kapan Waktu Terbaik untuk Entry Buy and Hold?
1. Saat Market Sedang Turun (Tapi Bukan Panik)
Sahabat Floq, waktu yang paling pas buat entry dalam strategi buy and hold adalah saat harga sedang diskon alias turun dari nilai puncaknya. Namun penting untuk dicatat, bukan berarti setiap kali pasar merah kamu langsung beli. Kamu harus melihat penyebab koreksi, apakah itu hanya reaksi sementara dari sentimen negatif atau memang ada perubahan fundamental?
Misalnya, waktu pandemi COVID-19 di tahun 2020, banyak saham dan aset kripto anjlok hingga 40–60%. Tapi investor yang berani masuk karena yakin dengan recovery jangka panjang dari ekonomi, sekarang justru panen cuan besar.
Tipsnya: pantau aset incaran kamu dan tunggu koreksi sehat, misalnya 15–30% dari harga puncak. Namun tetap pastikan bahwa aset tersebut punya fundamental kuat, seperti pendapatan stabil, pertumbuhan sehat, atau teknologi yang menjanjikan.
2. Ketika Ada Kepastian Fundamental Positif
Kalau kamu lihat ada berita positif tentang kinerja perusahaan, regulasi pemerintah yang mendukung, atau perkembangan teknologi yang signifikan, itu bisa jadi sinyal bagus buat entry jangka panjang. Sinyal ini menunjukkan bahwa ada dukungan riil dari sisi fundamental, bukan sekadar spekulasi pasar.
Contohnya, waktu Ethereum mengumumkan upgrade besar seperti The Merge, harga sempat melonjak karena investor yakin ini akan memperkuat ekosistem blockchain Ethereum ke depannya. Di sinilah kamu bisa memanfaatkan momen untuk entry sebelum hype besar terjadi.
3. Setelah Konsolidasi Panjang
Kalau grafik harga menunjukkan pergerakan sideways dalam waktu lama, itu sering kali jadi pertanda bahwa tekanan jual mulai habis dan pasar siap bergerak naik. Momentum ini biasanya terlihat dalam pola konsolidasi harga yang stabil dan volume perdagangan yang mulai naik.
Sahabat Floq, buy and hold investor yang berpengalaman sering masuk perlahan saat fase ini. Alasannya karena mereka percaya bahwa pasar sudah menemukan titik bawah yang kuat, dan potensi naik jauh lebih besar daripada potensi turun.
4. Dollar-Cost Averaging (DCA) Sebagai Entry Bertahap
Kalau kamu masih bingung kapan waktu terbaik untuk masuk, kamu bisa pakai strategi Dollar-Cost Averaging (DCA). Jadi, kamu beli aset secara rutin, baik mingguan atau bulanan, dengan jumlah tetap. Strategi ini akan menghindarkan kamu dari kesalahan masuk di puncak harga.
DCA ini bisa bantu kamu tetap disiplin dalam berinvestasi, menyebar risiko harga beli, dan secara psikologis lebih nyaman. Cocok banget buat kamu yang gak mau ribet analisa chart tiap hari, tapi tetap mau cuan dalam jangka panjang dengan strategi aman.
Jenis Aset yang Cocok untuk Buy and Hold
1. Saham Blue Chip
Saham-saham seperti BBRI, UNVR, atau TLKM biasanya jadi langganan investor jangka panjang. Saham jenis ini disebut blue chip karena mewakili perusahaan besar yang mapan, punya reputasi kuat, konsisten membagikan dividen, dan relatif tahan terhadap krisis ekonomi.
Investasi di saham blue chip juga lebih tenang karena kinerjanya cenderung stabil. Jadi kamu bisa lebih percaya diri buat hold bertahun-tahun.
2. ETF atau Reksa Dana Indeks
Kalau kamu gak mau repot analisa satu-satu saham, kamu bisa pilih Exchange Traded Fund (ETF) atau reksa dana indeks. Instrumen ini berisi kumpulan saham atau aset yang mencerminkan indeks tertentu seperti S&P500. Jadi kamu dapat diversifikasi otomatis hanya dengan satu produk.
Ini sangat cocok untuk investor pemula yang ingin mengurangi risiko dan tetap mengikuti performa pasar.
3. Aset Kripto Fundamental Kuat
Bukan semua kripto layak di-hold ya, Sahabat Floq. Hanya kripto dengan proyek yang jelas, adopsi luas, dan tim developer aktif yang patut dilirik. Contohnya seperti Bitcoin, Ethereum, atau proyek seperti Solana, yang sudah teruji di berbagai siklus pasar.
Hindari kripto meme yang hanya FOMO doang. Investasi jangka panjang butuh logika dan riset, bukan sekadar hype semata.
Kesalahan Umum dalam Buy and Hold (Dan Cara Menghindarinya)
1. Asal Pilih Aset tanpa Riset
Salah satu jebakan terbesar adalah ikut-ikutan beli karena tren atau rekomendasi media sosial, tanpa tahu kenapa kamu beli. Sahabat Floq, strategi buy and hold bukan excuse untuk asal simpan. Kamu harus tahu latar belakang, kinerja, dan potensi masa depan dari aset tersebut.
Solusinya: selalu lakukan riset mendalam. Untuk saham, cek laporan keuangan dan struktur manajemen. Untuk kripto, baca whitepaper, roadmap, dan komunitasnya.
2. Tidak Diversifikasi
Menaruh semua modal ke satu aset itu seperti bertaruh di satu kuda pacu. Meskipun kamu sangat yakin, tetap penting untuk diversifikasi portofolio. Idealnya, kamu bisa alokasikan misalnya 50% ke saham, 30% ke kripto, dan 20% ke emas atau reksa dana.
Dengan diversifikasi, kamu bisa mengurangi risiko signifikan saat satu aset mengalami penurunan drastis.
3. Panik Saat Market Turun
Strategi buy and hold bukan berarti kamu tahan terus walau situasi parah. Tapi jangan juga langsung panik dan jual rugi hanya karena harga turun. Ingat tujuan awal investasi kamu.
Tipsnya: buat jurnal investasi pribadi. Tulis alasan kamu beli, proyeksi jangka panjang, dan target cuan. Ini akan membantu kamu tetap waras saat pasar sedang chaos.
Tips Buy and Hold Supaya Gak Nyangkut
Rutin evaluasi aset kamu. Meski kamu hold, bukan berarti kamu tutup mata. Setiap kuartal, luangkan waktu untuk mengecek perkembangan perusahaan, update teknologi, atau kebijakan pemerintah terbaru yang bisa mempengaruhi nilai aset kamu.
Gunakan alarm harga atau notifikasi. Banyak aplikasi investasi sekarang bisa kasih peringatan otomatis kalau harga naik/turun ke level tertentu.
Jangan terlalu sering cek harga. Ini penting banget, Sahabat Floq. Karena kebiasaan cek harga tiap jam justru bisa bikin kamu emosional dan membuat keputusan impulsif. Fokuslah ke pertumbuhan jangka panjang, bukan fluktuasi harian.
Buy and Hold Bukan Pasif, Tapi Strategis
Sahabat Floq, strategi buy and hold itu bukan berarti kamu beli lalu tinggal tidur dan berharap jadi kaya. Tetap butuh rasa ingin tahu, sabar, dan konsistensi tinggi. Tapi kalau kamu tahu waktu yang tepat untuk entry dan memilih aset yang punya potensi jangka panjang, hasilnya bisa luar biasa.
Ingat, yang sukses dalam investasi bukan yang paling cepat atau paling sibuk trading… tapi yang paling sabar dan disiplin membangun portofolio berkualitas.
Selamat membangun masa depan keuangan kamu. Semoga strategi buy and hold ini bikin kamu makin cuan, makin tenang, dan makin percaya diri dalam berinvestasi. Jangan lupa, waktu dan kesabaran adalah senjata utama kamu.
Nah, biar strategi buy and hold kamu makin matang dan gampang dijalankan, pastikan kamu punya aplikasi yang bisa bantu pantau portofolio, kasih notifikasi harga, dan edukasi kamu terus-menerus soal market. Floq hadir buat bantu kamu jadi investor jangka panjang yang siap cuan dan tetap tenang di tengah fluktuasi pasar.
Mulai dari fitur chart yang user-friendly, sampai artikel edukatif yang selalu update, semua bisa kamu akses langsung dari genggaman. Gak perlu ribet, gak perlu bingung.
Yuk, download aplikasi Floq sekarang dan mulai bangun portofolio impianmu dengan strategi yang simpel tapi powerful!