
Backorder
Apa Itu Backorder?
Backorder adalah kondisi ketika produk yang dipesan oleh pelanggan tidak tersedia dalam stok pada saat pemesanan dilakukan, tetapi tetap diproses dan dijadwalkan untuk dikirim begitu persediaan tersedia kembali. Dalam banyak kasus, backorder menunjukkan bahwa permintaan melebihi kapasitas pasokan saat ini.
Bagi Sahabat Floq yang sedang membangun bisnis ritel digital, menjalankan proyek e-commerce berbasis blockchain, atau mengelola rantai pasok terdesentralisasi, memahami konsep backorder sangat penting. Ini bukan hanya soal kekurangan stok, tetapi juga soal menjaga kepercayaan pelanggan dan efisiensi operasional.
Mengapa Backorder Terjadi?
Beberapa penyebab umum terjadinya backorder meliputi:
- Lonjakan permintaan secara tiba-tiba, misalnya karena promosi, viral marketing, atau tren musiman.
- Gangguan dalam rantai pasok, seperti keterlambatan pengiriman dari pemasok atau masalah logistik.
- Produksi yang belum mampu mengimbangi permintaan, terutama pada tahap awal peluncuran produk baru.
- Kesalahan dalam prediksi permintaan atau manajemen stok, termasuk sistem inventaris manual yang tidak terintegrasi.
Backorder vs Out of Stock: Apa Bedanya?
Meskipun keduanya berkaitan dengan ketiadaan barang, backorder berbeda dari kondisi “out of stock”.
- Kriteria
- Backorder
- Out of Stock
- Status pesanan
- Tetap diproses
- Tidak dapat diproses
- Kepastian pengiriman
- Dijadwalkan
- Tidak tersedia
- Manajemen sistem
- Dihitung sebagai permintaan tertunda
- Tidak ada pencatatan permintaan
Dampak Backorder terhadap Bisnis
Dampak Positif
- Menunjukkan produk Kamu diminati pasar, terutama saat permintaan jauh melampaui ekspektasi.
- Menghindari kehilangan pelanggan karena pesanan tetap diterima meskipun barang belum tersedia.
- Membantu mengukur tren permintaan untuk perencanaan produksi ke depan.
Dampak Negatif
- Penurunan kepuasan pelanggan jika waktu pengiriman tidak sesuai harapan.
- Risiko pembatalan pesanan (cancelation) jika pelanggan tidak bersedia menunggu.
- Beban pada tim logistik dalam mengelola pengiriman tertunda.
- Potensi masalah keuangan, seperti cash flow yang tertahan akibat penundaan pemenuhan pesanan.
Cara Efektif Mengelola Backorder
1. Gunakan Sistem Inventaris Otomatis
Dengan teknologi supply chain modern atau integrasi blockchain, Sahabat Floq bisa mendapatkan visibilitas real-time terhadap stok barang. Smart contract bahkan bisa secara otomatis memicu pembelian ulang jika stok mencapai ambang batas tertentu.
2. Transparansi pada Pelanggan
Selalu beri informasi kepada pelanggan bahwa produk mereka dalam status backorder dan estimasi waktu pengiriman. Transparansi membangun kepercayaan.
3. Analisis Data Permintaan
Gunakan data penjualan historis dan algoritma machine learning untuk memperkirakan lonjakan permintaan. Ini membantu mencegah backorder yang tidak terkendali.
4. Percepat Produksi dan Replenishment
Berkoordinasilah dengan pemasok atau pabrik untuk mempercepat proses restock. Gunakan vendor alternatif jika diperlukan untuk mempercepat ketersediaan.
5. Optimalkan Sistem Pre-order
Gabungkan pendekatan pre-order dengan backorder. Ini akan membantu mengatur ekspektasi pelanggan dan menyeimbangkan pasokan dengan permintaan lebih baik.
Studi Kasus Sederhana
Bayangkan Sahabat Floq menjalankan toko NFT fisik dengan merchandise terbatas. Produk hoodie edisi spesial habis terjual dalam 24 jam. Meski stok habis, sistem Kamu masih menerima pesanan dan memberi tahu pembeli bahwa hoodie mereka sedang dalam backorder dan akan dikirim dalam 14 hari. Pelanggan tetap puas karena informasi jelas dan mereka percaya pada kualitas produk serta reputasi brand Kamu.
Peran Backorder dalam Ekosistem Blockchain
Dalam proyek berbasis blockchain, terutama pada platform e-commerce terdesentralisasi (DeCom), backorder bisa diatur melalui smart contract. Ketika stok nol, smart contract dapat menandai pesanan sebagai backorder dan secara otomatis menghitung estimasi waktu pemenuhan berdasarkan data dari jaringan rantai pasok on-chain.
Hal ini meningkatkan efisiensi, transparansi, dan mengurangi kesalahan manusia dalam pengelolaan pesanan tertunda.
Strategi Layanan Pelanggan di Tengah Lonjakan Permintaan
Backorder bukan tanda kelemahan, melainkan peluang. Jika dikelola dengan baik, backorder bisa menjadi strategi mempertahankan pelanggan dan meningkatkan loyalitas. Sahabat Floq perlu memahami bahwa dunia bisnis modern—baik tradisional maupun berbasis blockchain—menuntut adaptasi cepat terhadap dinamika permintaan dan ketersediaan produk. Kuncinya adalah sistem yang gesit, transparansi komunikasi, dan prediksi data yang akurat.
Bagikan melalui:






Kosakata Selanjutnya
Backstop
Jaminan keuangan atau dukungan terakhir yang disiapkan untuk menangani risiko gagal bayar atau krisis keuangan. Dalam pasar modal, sering merujuk pada komitmen membeli sisa saham dalam penawaran umum.
Backtesting
Proses menguji strategi investasi atau model prediksi dengan data historis untuk melihat bagaimana performanya di masa lalu. Digunakan untuk mengevaluasi efektivitas sebelum diterapkan di pasar nyata.
Backward Compatibility
Kemampuan sistem baru untuk tetap bekerja dengan software, hardware, atau protokol versi lama. Memastikan transisi teknologi tidak mengganggu fungsi sistem sebelumnya.
Bag
Istilah slang dalam dunia crypto untuk menyebut jumlah besar token atau koin yang dimiliki seseorang. Biasanya digunakan dalam konteks spekulasi atau potensi keuntungan besar.
Bagholder
Seseorang yang tetap memegang aset yang nilainya telah turun drastis, sering kali karena harapan pemulihan. Istilah ini bernada negatif dan mencerminkan kerugian besar akibat tidak menjual lebih awal.